Bertolak satu kalimat dari Kitab Pythagoras yang menyatakan bahwa "dalam kepastian hidup ini, ada kalanya manusia harus berayun jauh sebelum bisa melompat dan mendarat pada tujuan", maka dengan menggunakan prinsip tersebut, perjalanan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji menjadi sebuah pilihan penting bagi umat Muslim.
Haji sendiri bukanlah sekedar tujuan semata, melainkan sebuah perjalanan untuk menemukan diri dan memperdalam pemahaman akan ajaran Islam. Oleh karena itu, untuk memperoleh manfaat yang seutuhnya, proses haji tidak semata-mata dilihat dari segi kegiatan fisik, tetapi juga harus ditaati syariat Islam dan dilandaskan pada falsafah syari’ah.
Proses haji yang dilandaskan pada falsafah syari’ah memiliki tujuan utama untuk menunaikan ibadah haji dengan sepenuh hati dan batin, sehingga mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti rihlah haji yang terorganisir dengan baik, aman, dan nyaman.
Rihlah haji yang aman dan nyaman menjadi krusial dalam meningkatkan kualitas ibadah. Dalam hal ini, calon jamaah haji sebaiknya memeriksa keamanan dan kenyamanan dalam memilih biro perjalanan. Sebaiknya memilih biro perjalanan yang terpercaya, memiliki pengalaman, serta telah terdaftar sebagai biro perjalanan haji dan umrah resmi.
Selain itu, dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji, seorang calon jamaah haji juga harus memperhatikan kesehatan dan physical condition, seperti memastikan kesehatan jasmani dan rohani. Hal ini penting dalam memperlancar proses perjalanan haji agar tidak terganggu oleh hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam proses melaksanakan ibadah haji, seorang calon jamaah haji juga harus mengetahui tata cara melaksanakan setiap tahapan ibadah dengan betul dan benar. Salah satu tahapan dalam melaksanakan ibadah haji adalah wukuf di Arafah, dimana dalam kegiatan tersebut setiap darah muslim dijamin kehormatan, harta benda muslim terlindungi, dan kehormatan manusia dibangkitkan.
Sebelum melaksanakan wukuf, sebaiknya calon jamaah haji mempersiapkan diri secara mental dan spiritual, serta membaca doa wukuf sesuai dengan tuntunan dalam hukum Islam. Dalam menjalankan ibadah haji, sebaiknya calon jamaah haji juga memastikan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, seperti mentaati tata cara melaksanakan ibadah, memahami hakikat dan makna haji, serta menghormati keadaan dan orang sekitar.
Dengan memperhatikan semua aspek yang dipersyaratkan dalam proses haji, seorang calon jamaah haji dapat meraih haji mabrur yang cumlaude. Penghargaan atas prestasi tersebut tidak semata-mata terletak pada keberhasilan melaksanakan ibadah, melainkan juga pada bagaimana ia mampu menerapkan nilai-nilai luhur Islam dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam melaksanakan wukuf di Arafah, seorang calon jamaah haji tidak hanya berhenti sampai pada satu amalan saja, tetapi dilanjutkan dengan memperlihatkan perubahan-perubahan positif untuk diri dan masyarakat. Dalam hal ini, calon jamaah haji sebaiknya terus mengikuti panduan dari pihak yang berwenang dan menyadari bahwa haji adalah proses belajar seumur hidup yang terus berkembang.
Sebagai kesimpulan, haji bukan semata-mata sebuah perjalanan fisik, melainkan juga proses spiritual dan mental yang harus dikerjakan dengan tulus dan ikhlas. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang calon jamaah haji harus mempersiapkan diri dengan baik, yaitu melakukan perjalanan dengan biro perjalanan resmi dan terpercaya, mempersiapkan kesehatan dan kondisi fisik, mengetahui tata cara ibadah dengan betul dan benar, serta memperlihatkan perubahan-perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melaksanakan haji yang berlandaskan pada falsafah syari’ah dan rihlah meraih haji mabrur yang cumlaude menjadi sebuah pilihan tepat bagi umat Muslim yang ingin mengukir prestasi sekaligus mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.