Jika Anda adalah seorang Muslim yang ingin membayar zakat, maka Anda harus memahami konsep "ijma" dalam zakat. Ijma berarti kesepakatan golongan Muslim dalam suatu masalah agama tertentu. Dalam zakat, ijma adalah kesepakatan bahwa sebagian dari kekayaan Anda harus didistribusikan kepada orang yang membutuhkan.
Dalam panduan ini, kami akan menjelaskan secara rinci tentang apa yang dimaksud ijma dalam zakat, siapa yang terlibat, dan bagaimana Anda dapat memastikan bahwa Anda membayar zakat dengan benar.
Apa itu Zakat?
Sebelum kita membahas tentang ijma dalam zakat, mari kita singgung sedikit tentang zakat. Zakat adalah salah satu dari lima pilar utama Islam. Ini adalah satu-satunya kewajiban keuangan yang dipersyaratkan oleh agama Islam. Zakat harus dibayar oleh setiap Muslim yang memiliki kekayaan yang mencapai nisab. Nisab adalah jumlah minimum kekayaan yang harus dimiliki sebelum seseorang harus membayar zakat.
Pembayaran zakat adalah suatu bentuk ibadah bagi umat Islam dan bertujuan untuk membantu orang yang membutuhkan. Zakat dapat diberikan kepada orang miskin, orang tua, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.
Pengertian Ijma dalam Zakat
Sekarang pertanyaannya, apa yang dimaksud ijma dalam zakat? Ijma dalam zakat adalah kesepakatan golongan Muslim tentang bagaimana dan kapan zakat harus dibayar. Ijma juga bisa diartikan sebagai hasil kesepakatan para ulama dalam menjelaskan aturan-aturan zakat.
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah ijma merupakan sumber hukum Islam yang sah. Namun, secara umum, banyak ulama setuju bahwa ijma dapat diterima sebagai sumber hukum. Kesepakatan ijma berlaku untuk semua Muslim dan tidak dapat diubah atau ditafsirkan oleh individu tertentu.
Siapa yang Terlibat dalam Ijma?
Tentunya, kesepakatan ijma harus diproduksi oleh para ahli fiqih atau ulama Islam terkemuka. Mereka akan mengevaluasi hadits dan ayat Al-Qur’an terkait zakat dan kemudian memberikan kesepakatan dalam memahami hukum zakat.
Jadi, jika Anda ingin mengetahui tentang apa yang dimaksud ijma dalam zakat, Anda harus memperhatikan para ulama Islam yang terkemuka dan akhiratnya mengikuti tuntunannya.
Bagaimana Menerapkan Konsep Ijma dalam Zakat?
Konsep ijma dalam zakat dapat diterapkan pada berbagai aspek zakat, termasuk cara menghitung zakat dan penerima zakat. Misalnya, berdasarkan kesepakatan ijma, zakat harus dibayar sebesar 2,5% dari harta yang dimiliki setelah melalui masa satu tahun atau haul.
Misalnya, jika seseorang memiliki 1 juta rupiah di rekening banknya dan telah berada di akun itu selama satu tahun, maka ia harus membayar 2,5% dari 1 juta rupiah sebagai zakat. Namun, jika seseorang memiliki 500 ribu rupiah di rekening banknya dan telah berada di akun tersebut selama satu tahun, maka orang itu tidak perlu membayar zakat.
Penerima zakat sesuai dengan kesepakatan ijma adalah orang yang benar-benar membutuhkan dan tidak cukup mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun pendidikan atau kesehatan. Kesepakatan ijma tidak mengharuskan untuk membayar langsung kepada orang yang membutuhkan, dapat juga dilakukan melalui lembaga yang menerima donasi dan zakat.
Kesimpulan
Jadi, itulah yang dimaksud dengan konsep ijma dalam zakat. Ijma merupakan kesepakatan para ahli fiqih terkemuka tentang aturan zakat yang diterapkan oleh umat Islam. Konsep ijma dalam zakat meliputi pemilihan penerima zakat dan cara menghitung zakat.
Semua umat Islam harus mengetahui tentang konsep ijma dan Bagaimana diterapkan dalam zakat. Anda harus memastikan bahwa Anda membayar zakat sesuai dengan aturan yang ditetapkan, karena zakat adalah kewajiban semua Muslim yang memiliki kekayaan yang mencapai nisab.
Mudah-mudahan panduan ini membantu Anda memahami apa yang dimaksud ijma dalam zakat dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Anda. Bukan hanya sekadar kewajiban, membayar zakat adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang pada sesama makhluk Allah SWT.