Sebelum ajaran Islam masuk ke jazirah Arab, masyarakat Arab melakukan banyak sekali praktik-praktik keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Salah satunya adalah ibadah haji pada zaman jahiliyah yang banyak dilakukan untuk mencari berkah dan menghindarkan diri dari bencana.
Praktik Ibadah Haji pada Zaman Jahiliyah
Pada zaman jahiliyah, kaum Quraisy telah menetapkan beberapa tempat suci yang menjadi tujuan para peziarah. Mereka menyebutnya sebagai al-Haram, yang terdiri dari Ka’bah, Shafa dan Marwah, serta Zam-zam. Selain itu, ada juga tempat suci lainnya seperti Baqii, Tha’if dan Arafah.
Para peziarah pada zaman jahiliyah melakukan ibadah haji dengan cara yang berbeda dengan yang dilakukan umat Islam sekarang. Mereka berkumpul pada bulan yang ditentukan dan melakukan persiapan seperti pemotongan rambut dan kuku, mengenakan pakaian ihram, berkumpul di Mina, dan melakukan ihram.
Setelah itu, mereka bergerak ke Arafah yang menjadi tempat berkumpul pada hari kesembilan dari bulan Dzulhijjah. Di sana, mereka berdoa, mengucapkan syahadat, serta memohon ampun kepada Tuhan.
Setelah itu, mereka bergerak ke Mina dan menghabiskan tiga hari di sana. Di Mina, mereka melakukan ritual sembelih hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhan.
Perubahan Ibadah Haji setelah Masuknya Ajaran Islam
Setelah ajaran Islam masuk ke jazirah Arab, ibadah haji mengalami perubahan yang cukup signifikan. Umat Islam mengubah pola dan ritual haji yang dilakukan pada zaman jahliyah ke dalam bentuk yang lebih sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam ajaran Islam, ibadah haji harus dilakukan pada bulan Dzulhijjah setiap tahunnya dan diikuti oleh semua umat muslim yang memiliki kemampuan dan sarana untuk melakukannya. Ibadah haji dilakukan dengan memulai persiapan sejak dari rumah, mengucapkan niat, mengenakan pakaian ihram, dan melakukan tawaf di sekitar Ka’bah.
Pada waktu-waktu tertentu, para jamaah melakukan ritual yang dilakukan Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya seperti shalat Dhuha, shalat Taubah, dan shalat Hajat, serta melakukan zikir dan Istighfar. Setelah selesai melakukan tawaf, kaum muslimin melaksanakan sa’i yang merupakan perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali.
Setelah itu, semua jamaah berkumpul di Arafah dan melakukan ibadah yang diakhiri dengan waktu Maghrib dan dilanjutkan dengan shalat Isya dan shubuh di Muzdalifah. Di sana, para jamaah melakukan pengumpulan batu untuk melemparkan jumrah di Mina pada hari berikutnya.
Pada hari ketiga, jamaah kembali ke Mina dan melemparkan batu pada tiga tiang jumrah dalam rangka melambangkan melemparkan lembing kepada Iblis. Selain itu, para jamaah juga melakukan pemotongan rambut dan kuku serta mengakhiri ihram.
Kesimpulan
Perubahan ibadah haji setelah masuknya ajaran Islam sangat signifikan dibandingkan dengan ibadah haji pada zaman jahiliyah. Umat islam kini menjalankan ibadah haji yang diatur secara ketat sesuai syariat Islam. Dalam ibadah haji kini, jamaah disarankan untuk fokus pada penghayatan nilai dan manfaat dari ibadah haji sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga artikel ini dapat membantu anda lebih memahami bagaimana ibadah haji dahulu dan sekarang dijalankan oleh umat muslim.