Skip to content
Home ยป Khutbah Jumat: Makna dari Masing-Masing Aktivitas Ibadah Haji

Khutbah Jumat: Makna dari Masing-Masing Aktivitas Ibadah Haji

Khutbah Jumat: Makna dari Masing-Masing Aktivitas Ibadah Haji

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu!

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin berbicara mengenai makna dari masing-masing aktivitas ibadah haji. Seperti yang kita ketahui, ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim yang mampu secara finansial dan fisik untuk melakukannya.

Tahap Pertama: Ihram

Ihram merupakan salah satu tahap penting dalam pelaksanaan ibadah haji. Ketika kita berpakaian ihram, kita berarti telah menghalalkan setiap ibadah haji yang akan kita lakukan. Kita juga berjanji untuk menghormati hukum Allah dan menjalankan semua perintah-Nya dengan sepenuh hati.

Ketika menunaikan haji, kita sering mendengar kalimat ‘Labbaik Allahumma labbaik’ yang berarti ‘Aku hadir, Ya Allah’ yang juga merupakan bentuk pengakuan kita sebagai hamba-Nya. Selain itu, dengan memakai pakaian ihram kita juga menjadi sama seperti saudara-saudara kita muslim lainnya, tanpa adanya perbedaan kasta atau status sosial.

Tahap Kedua: Tawaf

Tawaf adalah aktivitas ibadah haji berikutnya setelah ihram. Kita melakukan tawaf di Ka’bah yang merupakan kiblat umat Islam. Berputar-putar mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali adalah simbolis atas kesetiaan kita sebagai hamba Allah yang selalu mengelilingi-Nya. Selain itu, tawaf juga merupakan bentuk doa dan permohonan kita kepada Allah SWT untuk memperoleh apa yang kita butuhkan.

Kita juga harus menghadap ke Ka’bah ketika kita shalat. Ini menunjukkan bahwa kita tunduk kepada Allah SWT dan bahwa kita selalu mencari keberkahannya.

Tahap Ketiga: Sa’i

Setelah kita menyelesaikan tawaf, kita akan melaksanakan aktivitas ibadah haji berikutnya yaitu sa’i. Sa’i dilakukan dengan berjalan-jalan di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Aktivitas ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS yang mencari air tawar untuk anaknya, Ismail.

BACA JUGA:   Daftar Menu Bebek Haji Slamet Gejayan: Lebih dari Sekadar Bebek Goreng

Dalam ibadah haji, sa’i adalah simbolis atas perjuangan hidup kita di dunia. Kita harus menyelesaikan semua perjuangan dan masalah dengan ikhtiar dan doa. Kita juga harus terus berjalan meski terkadang ada tantangan dan rintangan yang kami hadapi, seperti Nabi Ibrahim dan Ismail.

Tahap Keempat: Wuquf di Arafah

Kegiatan ini dilakukan pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah. Ini adalah saat di mana kita berada di bukit Arafah dan berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT. Wuquf di Arafah juga menjadi momentum untuk menyadarkan diri bahwa kita sebagai manusia sekecil apapun tetaplah penting dan bernilai di hadapan Allah SWT.

Allah SWT mengetahui segala perbuatan kita, bahkan pikiran terdalam yang kita simpan dalam hati kita. Kita harus menggunakan momentum ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Kuatkan ketakwaan dan berjanjilah untuk menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba-Nya.

Tahap Kelima: Mabit di Muzdalifah

Setelah selesai di Arafah, kita bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit di sana. Mabit terjadi di malam hari dan kita mengambil batu untuk dilemparkan di jamrah al-aqabah pada esok harinya.

Aktivitas ini mensyaratkan kita untuk merenungkan kembali sepanjang perjalanan kita sebagai manusia di dunia. Kita juga harus berpikir dan mengevaluasi segala perbuatan buruk yang kita lakukan dan meminta pengampunan-Nya.

Tahap Terakhir: Tasyrik

Aktivitas ini dilakukan selama tiga hari setelah mabit di Muzdalifah. Ini adalah simbolis atas keberhasilan kita dalam menjalankan ibadah haji. Pada aktivitas ini, umat muslim akan kembali ke Mina dan melempar tiga jamarat yang melambangkan upaya untuk mengusir setan-setan yang menggoda kita dalam melanggar perintah Allah SWT.

Setelah melempar jamarat, kita akan berkurban dan memotong rambut dengan tujuan sebagai ungkapan syukur dan pengabdian kita kepada-Nya.

BACA JUGA:   Cek Daftar Haji di Lubuk Alung

Kesimpulan

Setelah melaksanakan haji, kita selalu akan merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Kita memutuskan semua hubungan dengan diri kita yang sebelumnya, dan memulai kembali dengan kerendahan hati dan rasa hormat pada agama dan pangkat kita dan kesadaran bahwa semua amal kita bisa disebenarkan atau direvisi oleh-Nya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita kemudahan dalam menjalankan segala aktivitas ibadah dan senantiasa mendapatkan keberkahan-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu.