Haji adalah ibadah yang diwajibkan bagi orang Islam yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Setiap Muslim yang mampu secara finansial dan fisik diwajibkan untuk melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidupnya. Selain itu, haji juga merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT.
Namun, terdapat sebuah pepatah yang cukup mengejutkan bahwa "pahala ibadah haji yang ditolak Allah disebut haji". Apa yang dimaksud dengan pepatah tersebut? Apakah ada hukuman atau konsekuensi bagi orang yang telah melaksanakan ibadah haji namun tidak diterima oleh Allah?
Sebenarnya, pepatah tersebut berasal dari sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang bermaksud bahwa meskipun seseorang telah melaksanakan ibadah haji namun tidak diterima oleh Allah SWT, ia masih akan mendapat pahala atas niat dan usahanya untuk melakukan ibadah tersebut.
Namun, bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah haji dengan mengikuti semua aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, insya Allah pahalanya akan diterima oleh Allah SWT.
Hal tersebut menjadi penting karena haji tidak hanya sekedar perjalanan ke tanah suci, namun juga sebuah proses spiritual yang membutuhkan keikhlasan, ketulusan, dan keseriusan dalam melakukan setiap ritual yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat beberapa ritual yang harus dilakukan dan diikuti dengan benar dan disertakan dengan niat yang tulus. Beberapa di antaranya adalah:
Ihram
Ihram adalah suatu keadaan dimana seorang muslim telah berada di dalam batas-batas miqat dan telah mengucapkan niat untuk menunaikan ibadah haji. Selama berada dalam keadaan ihram, orang yang melaksanakan ibadah haji harus memenuhi beberapa syarat seperti tidak mengenakan apa-apa selain pakaian ihram, melarang diri dari pergaulan dengan lawan jenis dan memperbanyak ibadah.
Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad. Ritual ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, mengikuti aturan dan bimbingan yang diberikan oleh para petugas di sekitar Ka’bah. Tawaf pun dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, antara lain setelah sholat fardhu, menjelang imsak atau setelah menjalankan sholat isya’ ataupun setelah menjalankan sholat malam.
Sa’i
Sa’i adalah melakukan lari-lari kecil tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah. Ritual ini merupakan bagian dari ibadah haji yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika mencari air untuk putranya, Ismail.
Wuquf di Arafah
Wuquf di Arafah adalah tahap yang paling penting dalam ibadah haji. Orang yang melaksanakan ibadah haji harus berada di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dan memperbanyak ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, dan berdoa kepada Allah SWT.
Mabit di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah dilakukan setelah wuquf di Arafah. Mabit di Muzdalifah berarti bermalam di tempat tersebut dan mengumpulkan batu kerikil untuk menempatkan di Mina pada hari raya Idul Adha.
Mina
Di hari raya Idul Adha, orang yang melaksanakan ibadah haji harus melaksanakan jumrah di Mina, yaitu melempar batu ke tiga jumrah yang merupakan simbol dari Iblis yang berhasil dibakar oleh Nabi Ibrahim.
Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah adalah tawaf di tempat yang sama dengan tawaf sebelumnya, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Ritual ini dilakukan setelah melaksanakan jumrah di Mina.
Tawaf Wada’
Tawaf Wada’ merupakan tawaf terakhir sebelum kembali pulang ke tanah air. Meskipun bukan sebuah ritual wajib haji, namun tawaf wada’ diharapkan agar semakin memperkuat rasa syukur dan kesadaran atas keberhasilan menjalankan ibadah tersebut.
Dalam melakukan semua ritual tersebut, dibutuhkan keseriusan, ketulusan dan ketaatan dalam menjalankan setiap instruksi dan aturan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Jangan lupa pula, bahwa keikhlasan dalam hati menjadi hal yang paling utama dalam setiap ibadah yang kita lakukan.
Kesimpulannya, ibadah haji adalah satu ibadah yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, hendaknya semua orang yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji harus benar-benar menyiapkan diri dengan baik untuk memastikan keberhasilan dan penerimaan oleh Allah SWT. "Pahala ibadah haji yang ditolak Allah disebut haji" bukanlah suatu hal yang ingin kita terima, maka itu sikap hormat, keseriusan, ketaatan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah tersebut menjadi sebuah kunci utama dalam menuju keberhasilan yang hakiki.